Langsung ke konten utama

Cerpen - Naysila Firda

 Judul : yang kusayang telah usai

Dinda selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Setiap pagi, dia akan bangun dengan suara adu argumen antara ayah dan ibunya yang sudah tak asing lagi di telinganya. Suara itu mengisi setiap sudut rumah mereka yang dulu pernah penuh tawa. Kini, rumah itu terasa sepi meskipun ada orang di dalamnya.

Ayah Dinda, seorang pria yang dulu penuh kasih sayang, kini lebih sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. Ibunya, yang dulunya lembut dan penyayang, kini hanya bisa menangis di balik pintu kamar, menghindari konflik yang terus berulang.

Dinda, di tengah semua itu, berusaha untuk tetap kuat. Dia menganggap semuanya adalah bagian dari hidup yang harus dijalaninya. Namun, ada kalanya dia merasa kesepian, bahkan di tengah keramaian. Teman-temannya sering bercerita tentang keluarga mereka yang hangat, tentang ayah yang mengajak bermain bola di sore hari atau ibu yang memasakkan makanan favorit mereka. Dinda hanya bisa tersenyum tipis, sembari menyembunyikan luka di hatinya.

Pada suatu malam yang hujan, Dinda duduk di depan jendela kamar, melihat tetesan air yang membasahi kaca. Dia merasakan kesepian yang begitu dalam, seolah seluruh dunia tak bisa mengerti apa yang dia rasakan. Ia berpikir tentang perpisahan yang mungkin tak terhindarkan antara ayah dan ibunya. Apakah itu akan membuat semuanya lebih baik? Atau justru lebih buruk?

Dinda teringat sebuah kata-kata yang pernah diucapkan oleh ibunya, "Kita mungkin tak bisa mengubah apapun tentang masa lalu, tapi kita bisa memilih bagaimana melangkah ke depan."

Kata-kata itu terus berputar dalam pikiran Dinda. Dalam kesedihannya, ia mulai menyadari bahwa meskipun rumah mereka telah hancur, dia masih memiliki dirinya sendiri. Masih ada cinta dari teman-temannya, dari gurunya, dan dari dirinya sendiri. Walaupun dunia seolah berubah, Dinda harus belajar untuk berdiri tegak.

Hari-hari berlalu dengan perlahan, dan meskipun keadaan di rumah tak juga berubah, Dinda mulai menemukan cara untuk menerima semuanya. Dia mulai menulis, menyalurkan perasaan-perasaannya ke dalam catatan harian yang dia simpan rapat-rapat. Tulisannya menjadi cara Dinda berbicara dengan dirinya sendiri, meredakan luka yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Pada suatu pagi, ketika ayah dan ibunya lagi-lagi terlibat perdebatan, Dinda memutuskan untuk keluar dari rumah sejenak. Dia berjalan kaki ke taman yang tak jauh dari rumah mereka, tempat yang selalu memberinya ketenangan. Di sana, di tengah udara segar, dia merasakan kedamaian yang sejenak bisa melupakan keramaian dan pertengkaran di rumah.

Di bangku taman, Dinda bertemu dengan seorang nenek yang sedang duduk sambil memberi makan burung merpati. Nenek itu tersenyum padanya dan berkata, "Anak muda, kehidupan ini memang tak selalu berjalan sesuai keinginan kita. Tapi kamu tahu, semakin banyak kamu berusaha, semakin banyak kamu belajar tentang dirimu sendiri. Percayalah, hidup ini punya cara untuk membuat kita lebih kuat."

Dinda tersenyum kecil, merasa seolah-olah nenek itu memahami perasaannya. Dia duduk di sebelah nenek itu, mendengarkan kisah-kisahnya tentang kehidupan. Satu hal yang Dinda pelajari dari percakapan itu adalah bahwa, meskipun dia tak bisa mengontrol apa yang terjadi di rumahnya, dia bisa memilih bagaimana untuk tetap bertahan, untuk terus melangkah, bahkan ketika dunia terasa rapuh.

Dengan langkah-langkah kecil, Dinda mulai melihat harapan di setiap ujung jalan. Rumah yang dulu penuh konflik kini tak lagi menjadi satu-satunya tempat yang dia tuju untuk merasa aman. Dia tahu, rumah sejati adalah tempat di mana hati merasa damai, dan itu adalah sesuatu yang bisa dia bangun kembali, bahkan jika tidak ada orang lain yang membantunya.

Dan meskipun keluarganya sedang berjuang dengan kerapuhan mereka sendiri, Dinda akhirnya menemukan kekuatan dalam dirinya untuk memilih bagaimana melangkah, untuk memilih apa yang dia ingin menjadi, meskipun tak ada yang sempurna.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku - Fara Salma

  Rahasia Tentang Anak Tengah Judul : Iyan Bukan Anak Tengah Penulis :Armaraher Penerbit : Skuad Tahun: 2023 Tebal: 292 halaman ISBN: 978-633-09-1845-2   Sinopsis Riyan selalu berharap berada di tengah-tengah keluarganya yang hangat, dianggap ada sekaligus disayangi sebagaimana yang Abang dan Adiknya rasakan, tetapi bukan semata-mata kehadirannya ada hanya karena dibutuhkan saja. Di usianya yang baru menginjak remaja, seharusnya Riyan bisa menghabiskan waktu untuk menemukan hal baru di hidupnya, bukan merasakan beban dan luka yang membuatnya berhenti di titik itu dan tidak membiarkannya tumbuh menjadi remaja normal seusianya. Riyan hanya ingin diperlakukan adil, disayangi sebagaimana mestinya, bukan dicampakkan dan dijadikan sebagai prioritas terakhir oleh orang tuanya. Kelebihan Novel ini mampu mebawa pembacanya ikut merasakan apa yang Iyan rasakan sebagai anak tengah. Penulis juga menyentuhkan isu isu tentang orangtua dalam memberi keadilan dalam anak...

Resensi buku - Wirda Tsaniya

  Nama: Wirda Tsaniya Sahla Kelas: XI-7 Tugas: Resensi Novel Warung Bujang Karya Jessica Carmelia Warung Bujang adalah novel karya Jessica Carmelia yang mengangkat tema kehidupan remaja dengan latar belakang kehidupan sehari-hari di sebuah warung kecil. Novel ini menggambarkan kisah tentang harapan, impian, dan hubungan antar manusia, yang diwarnai dengan berbagai konflik dan dinamika yang terjadi dalam kehidupan seorang pemuda bernama Bujang. Plot Cerita Novel ini berfokus pada kehidupan Bujang, seorang pemuda yang memiliki impian besar namun terjebak dalam rutinitas sebagai pemilik warung makan kecil yang diwariskan oleh orang tuanya. Meskipun tampaknya sederhana, kisah ini penuh dengan ketegangan emosional yang dibangun dengan baik oleh penulis. Bujang, yang merupakan karakter utama, harus menghadapi pilihan-pilihan sulit dalam hidupnya, antara mempertahankan usaha warung keluarganya atau mengejar impian pribadinya. Cerita berkembang dengan memperkenalkan berbagai karakter pendu...

UBI JALAR UNGU SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN PENGGANTI NASI

 UBI JALAR UNGU SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN PENGGANTI NASI Oleh :Clarissa putri.A.S Kelas :XI-7 Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis ubi jalar yang banyak ditemui di Indonesia selain yang berwarna putih, kuning, dan merah (Lingga,1995). Ubi jalar ungu jenis ipomoea batatas L. Poir banyak ditemukan di Indonesia. Ubi jalar ungu ini memiliki warna ungu yang cukup pekat pada daging ubinya, aromanya lebih khas, dan rasanya lebih terasa. Ubi jalar ungu adalah salah satu jenis tanaman umbi umbian yang memiliki potensi besar sebagai sumber pangan lokal. Ubi jalar ungu memiliki kandungan nutrisi karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi.Oleh karena itu, dibeberapa daerah ubi jalar ungu juga digunakan sebagai bahan makanan pokok. Ubi jalar ungu juga merupakan sumber vitamin dan mineral.  Masih banyak orang yang menganggap ubi jalar ungu hanya dapat dijadikan sebagai makanan pengganti nasi atau camilan semata. Padahal, ubi jalar ungu memiiki nilai gizi yang sangat tinggi dan lay...