Air mata di kampung halaman
Kampung halaman, rinduku terpatri,
Kebun hijau, mimpi di hati.
Liburan tiba, langkahku tergesa,
Mencari keindahan, damai terasa.
Namun sayang, pemandangan pilu,
Kebun tercinta, kini hancur.
Jalan tol membelah, asa sirna,
Hijau nan indah, tinggal kenangan saja.
Nenek bercerita, air mata berlinang,
Resapan air, kini hilang.
Pembangunan maju, alam terluka,
Hatiku teriris, pilu terasa.
Meski manfaatnya besar, terpatri di jiwa,
Pengorbanan alam, sungguh tak sepadan.
Semoga suatu hari, tumbuh kembali,
Keindahan alam, abadi selamanya.
Komentar
Posting Komentar