Impian dalam genggama
"Belasan juta," kakak berbisik sinis,
"Mampukah kau, Dik? Tabunganmu tipis."
Senyumku merekah, keyakinan membaja,
"Disiplin adalah kunci, impian kan kujaga."
Uang saku tiba, separuh kusembunyikan,
Dalam ayam plastik, rupiah berbarisan.
Tahlilan dan hajatan, langkah kaki ayah,
Kucari tambahan, semangat tak menyerah.
Dua bulan berlalu, bagai sungai mengalir,
Kuhitung setiap keping, dalam buku kecil.
Setengah harga terlewati, harapan membumbung,
Namun badai datang, petir menyambung.
Tiga ratus ribu, di tas tersimpan rapi,
Setoran esok hari, mimpi hampir menepi.
Namun tas terbuka, hampa terasa nyeri,
Uang raib di kamar, hati terperi.
Malam kelabu menyelimuti jiwa,
Perjuangan berminggu, terasa percuma.
Ingin menyerah, lelah mendera sukma,
Namun ayam plastik, membisikkan makna.
"Berhenti kini, sia-sia segalanya,"
Bisikan kalbu, membangkitkan asa.
Tahajud malam, waqiah di subuh hari,
Kucari kekuatan, menutupi sepi.
Bulan berganti, hemat kujalani,
Kantin kulupakan, demi mimpi di hati.
Setiap rupiah kuperas, keringat bercucuran,
Demi genggaman impian, di kemudian.
Enam bulan berlalu, perjuangan usai,
Uang terkumpul cukup, hati berbinar usai.
PS Store Malang, langkah kaki ringan,
Ponsel idaman, kini dalam genggaman.
Kutatap ia lekat, tak percaya nyata,
Syukur membanjiri, jiwa yang tertata.
Bukan hanya memiliki, kebahagiaan ini,
Namun arti berjuang, tertanam abadi.
Mimpi memang butuh, peluh dan air mata,
Rintangan menghadang, tak gentar melangkah.
Karena di ujung sana, kan kutemui makna,
Hasil perjuangan, sungguh berharga.
Komentar
Posting Komentar