Tema: Bullying.
Konflik: Seorang anak yang dibully karena orangtuanya diduga korupsi.
Judul: Bukan Salahku
Tokoh dan Penokohan
Renata: Ceria, rendah hati.
Wirda: Reaktif, cepat menyimpulkan, akhirnya menyesal.
Bima: Sinis, berprasangka, akhirnya menyesal.
Indana: Setia, tenang, pembela Renata.
Bu Evi: Bijaksana, penengah, pemberi nasihat.
PROLOG) Renata Aulivia, siswi kelas XI Bahasa, dikenal ceria dan positif di Alexandria High School. Ayahnya seorang pejabat, namun Renata tetap rendah hati dan disukai banyak teman. Keluarganya pun hangat dan humoris.
Latar: Kantin
Suatu siang di kantin yang ramai, tiba-tiba terdengar celetukan Wirda yang menarik perhatian semua orang.
Wirda: “Eh, itu bukannya mobil mewah Pak Dirgantara, ayahnya Renata?” (Ucap sedikit keras).
Bima, yang memang kurang menyukai Renata karena popularitasnya, menimpali dengan sinis.
Bima: “Iya ya, pantesan hidupnya enak terus. Jangan-jangan uangnya dari hasil yang nggak bener!”
Seketika, bisik-bisik mulai terdengar di antara murid-murid. Beberapa tatapan sinis mengarah ke Renata yang sedang duduk bersama Indana di sudut kantin.
Bima: “Ren, sini deh!” (panggil dengan nada mengejek.)
Renata dan Indana menghampiri kerumunan.
Renata: “Ada apa sih?” (tanyanya heran.)
Bima: “Nggak usah pura-pura nggak tahu! Itu mobil mewah ayah lo kan, pasti dari hasil korupsi!”
Renata: “Maksud kamu apa?” (Renata mulai merasa tidak nyaman.)
Wirda: “Iya, gaya hidup mewah keluarga kamu itu mencurigakan tahu nggak!” (ucap Wirda menyahut.)
Beberapa murid lain ikut-ikutan menyindir, meskipun tidak tahu pasti apa yang terjadi. Renata merasa bingung dan terluka dengan tuduhan yang tidak berdasar ini. Indana berusaha menenangkan Renata, namun suasana sudah terlanjur tidak enak.
Melihat Renata yang kebingungan, Indana angkat bicara dengan tenang.
Indana: “Kalian ini kenapa tiba-tiba menuduh Renata seperti itu? Kalian memang punya buktinya?”
Bima: “Ya… itu mobilnya aja udah bukti!” (jawab Bima tidak mau kalah.)
Indana: “Mobil mewah tidak selalu berarti hasil korupsi, kalian tidak tahu apa-apa tentang keluarga Renata.” (sanggah Indana.)
Suasana semakin tegang. Renata hanya bisa terdiam, merasa malu dan sedih atas tuduhan teman-temannya.
Tiba-tiba, guru BK, Bu Evi, datang menghampiri kerumunan yang gaduh itu.
Bu Evi: “Ada apa ini? Kenapa ramai-ramai?”
Setelah mendengar penjelasan singkat dari beberapa murid, Bu Evi menatap mereka dengan bijak.
Bu Evi: “Anak-anak, kita tidak boleh menuduh seseorang tanpa bukti yang jelas. Kita harus belajar untuk mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu, bukan langsung menghakimi.”
Latar: Ruang BK
Bu Evi kemudian mengajak Renata, Indana, Wirda, dan Bima ke ruangannya untuk berbicara lebih lanjut. Di sana, Bu Evi memberikan nasihat tentang pentingnya berpikir jernih, mencari informasi yang valid, dan menghindari prasangka buruk. Ia menekankan bahwa persahabatan seharusnya didasari oleh kepercayaan dan saling mendukung, bukan saling menuduh.
Setelah mendengar nasihat Bu Evi, Wirda dan Bima mulai menyadari kesalahan mereka. Mereka merasa malu karena telah menuduh Renata tanpa dasar yang kuat.
Wirda: “Renata, maafin kita ya, kita sudah salah bicara dan menuduh kamu yang tidak-tidak.” (ucap Wirda dengan tulus.)
Bima: “Iya, Ren. Kita menyesal.” (Bima mengangguk membenarkan.)
Renata yang tadinya merasa sedih, kini sedikit lega melihat ketulusan teman-temannya.
Renata: “Iya, nggak apa-apa. Tapi lain kali, jangan langsung percaya sama gosip ya. Lebih baik ditanyakan langsung.”
Indana tersenyum lega melihat suasana yang mulai mencair.
Indana: “Nah, gitu dong. Kita kan teman, seharusnya saling percaya.”
Bu Evi tersenyum melihat kebersamaan mereka kembali.
Bu Evi: “Bagus. Ingatlah anak-anak, pertemanan itu sangat berharga. Jangan sampai hal yang belum pasti merusak hubungan baik di antara kalian.”
Sejak hari itu, Wirda dan Bima belajar untuk lebih berhati-hati dalam berbicara dan tidak mudah termakan isu yang belum jelas kebenarannya. Mereka juga semakin menghargai Renata dan persahabatan mereka. Renata pun merasa lebih tenang dan bersyukur memiliki teman seperti Indana yang selalu mendukungnya. Mereka semua akhirnya memahami bahwa pertemanan yang sejati adalah tentang saling percaya, menghormati, dan mendukung satu sama lain, apapun yang terjadi.
Analisis Struktur :
Prolog:
Bagian prolog terdapat pada paragraf awal yang memperkenalkan tokoh Renata, latar belakangnya, dan situasi awal yang ceria di Alexandria High School.
Kalimat pembuka, "Renata Aulivia, siswi kelas XI Bahasa, dikenal ceria dan positif di Alexandria High School. Ayahnya seorang pejabat, namun Renata tetap rendah hati dan disukai banyak teman. Keluarganya pun hangat dan humoris," berfungsi sebagai pengantar tokoh utama dan karakternya.
Bagian "Latar: Kantin" memberikan informasi mengenai tempat dimulainya konflik.
Dialog awal Wirda tentang mobil mewah ayah Renata menjadi pemicu konflik utama.
2. Babak (Scene):
Dalam naskah yang Anda berikan, pembagian babak tidak eksplisit ditandai. Namun, kita bisa mengidentifikasi dua "scene" berdasarkan perubahan latar utama:
Scene 1: Terjadi di kantin. Di sini konflik awal muncul dengan celetukan Wirda, tuduhan Bima, pembelaan Indana, dan kedatangan Bu Evi.
Scene 2: Terjadi di Ruang BK. Di sini, Bu Evi menengahi, memberikan nasihat, dan terjadi penyelesaian konflik dengan permintaan maaf antara Wirda dengan Bima.
3. Adegan:
Dalam setiap babak, terdapat beberapa adegan yang ditandai dengan interaksi antar tokoh dan perkembangan situasi.
Babak 1 (Kantin):
-Adegan 1: Wirda dan Bima memulai percakapan tentang mobil mewah dan menuduh Renata.
-Adegan 2: Renata dan Indana menghampiri kerumunan, terjadi konfrontasi.
-Adegan 3: Indana membela Renata.
-Adegan 4: Kedatangan Bu Evi menghentikan ketegangan.
Babak 2 (Ruang BK):
-Adegan 1: Bu Evi memberikan nasihat.
-Adegan 2: Wirda dan Bima menyadari kesalahan dan meminta maaf.
-Adegan 3: Renata menerima permintaan maaf dan memberikan pesan.
-Adegan 4: Bu Evi memberikan pesan mengenai pertemanan.
4. Dialog:
Sebagian besar naskah ini terdiri dari dialog antar tokoh. Melalui dialog, karakter tokoh, konflik, dan resolusinya terungkap.
Percakapan antara Wirda, Bima, Renata, dan Indana di kantin, serta percakapan mereka dengan Bu Evi di ruang BK.
5. Epilog:
Bagian epilog terdapat pada paragraf terakhir yang memberikan kesimpulan dari cerita dan pesan moral yang ingin disampaikan.
"Sejak hari itu, Wirda dan Bima belajar untuk lebih berhati-hati dalam berbicara dan tidak mudah termakan isu yang belum jelas kebenarannya... Mereka semua akhirnya memahami bahwa pertemanan yang sejati adalah tentang saling percaya, menghormati, dan mendukung satu sama lain, apapun yang terjadi," mengungkap perubahan pada tokoh dan pesan utama drama.
6. Kramagung (Petunjuk Lakuan):
Petunjuk lakuan dalam naskah ini ditulis di dalam kurung, meskipun tidak terlalu detail.
"(Ucap sedikit keras)", "(panggil dengan nada mengejek.)", "(tanyanya heran.)", "(Renata mulai merasa tidak nyaman.)", "(sanggah Indana.)", "(ucap Wirda dengan tulus.)", "(Bima mengangguk membenarkan.)", "(tersenyum lega melihat suasana yang mulai mencair.)", "(tersenyum melihat kebersamaan mereka kembali.)".
Petunjuk lakuan ini memberikan arahan kepada aktor tentang bagaimana menyampaikan dialog dan menunjukkan emosi.
Komentar
Posting Komentar